Islam dan Pendidikan Agama - Celotehan Warung Kopi

Islam dan pendidikan agama

Islam merupakan agama yang mendapat perhatian besar dan serius, hal ini menunjukan bahwa kehadiran agama sebenarnya sangat diperlukan. Kondisi ini dapat diketahuinya dengan maraknya diskusi para sarjana pendidikan agama di berbagai negara. Seperti juga terjadi di Departemen Pengkajian Agama di perguruan tinggi Universitas Amerika Utara, yang menyampaikan data lapangan yang bersifat umum. Secara tekstual dan ekspresi tingkah laku orang-orang yang beragama dalam konteks para ahli teologi dam ahli sejarah agama. Para sarjana studi agama telah mencoba untuk melupakan sebuah data lapangan yang merupakan perjanjian kedisiplinan atau akurasi. Para sarjana studi agama telah mencoba untuk memberi kesempatan berbuat curang kepada partai politik terhadap data lapangan. Sesuatu yang dimiliki sendiri membuat pluralitas (keberagaman) teori, metode dan data agama. Singkatnya, prinsip studi agama adalah menduga perkara subyektif bukan tradisi kesarjanaan (ilmiah) seperti ditemukan dalam disiplin manusia tradisional, perilaku klasik, ilmu bahasa, filsafat dan sejarah.

Studi-studi Islam dan sejarah agama-agama


Dalam pembahasan ini, Charles J. Adams, mengemukakan sebuah perkiraan hubungan antara sejarah agama dan studi islam, dikatakan juga bahwa alat-alat yang konseptual untuk analisa yang lebih tajam dari tradisi-tradisi islam dan pemahaman yang lebih jelas. Ada dua alasan yang menyebabkan terjadinya hubungan itu, yaitu ;
  • Adanya fakta bahwa sejarawan agama hanya sedikit memberi kontribusi data yang original untuk pertumbuhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat islam dan tradisi agama.
  • Tema-tema besar untuk mendominasi pandangan sejarawan agama pada dasawarsa terakhir, sehingga hal ini tidak menguntungkan untuk studi akademik islam sebagai agama.

Adapun unsur lain yang sering diperdebatkan dalam rangka mencoba untuk melaksanakan pendekatan yang seragam, terhadap kebudayaan yang berbeda terhadap masalah yang mengitari hubungan pengamat dan yang diamati. Sikap jujur dan tidak terpengaruh sering tidak mendapat perhatian yang cukup dan ada bukti yang kuat untuk menyarankan bahwa agama telah berubah dibawah pengaruh studi secara akademik, diantaranya yaitu orang yang membuat teori tentang proses ini adalah para sarjana yang memperbincangkan bahwa isi kepercayaan orang lain tetap selamanya tak tertutup sekalipun pengamat simpati terhadap kepercayaan masyarakat yang ada. Garis keras pendekatan ini bahwa hanya orang muslim yang dapat mempelajari atau mengajar tentang islam dengan beberapa perbedaan tingkatan pemahaman. Garis yang lebih lunak, menuntut dengan tegas bahwa keterbukaan terhadap kepercayaan dari yang lain adalah pra kondisi yang penting.

Sejarah agama-agama


Dalam perkembangan selanjutnya, jika perkembangan sejarah antropologi, sosiologi, psikologi, injil dan studi-studi teologi, sangat mempengaruhi perkembangan agama. Sejarah agama-agama dan studi agama-agama adalah istilah yang digunakan dalam tulisan ini untuk merujuk secara kolektif terhadap beberapa pendekatan yang telah ada pada studi-studi agama secara umum. Sekarang ini berusaha untuk menjelaskan dan memahami data agama dan tradisi islam dalam konteks studi agama secara umum membutuhkan survei singkat tentang perkembangan dalam disiplin sejarah agama pada masa lalu. Salah satu yang penting dari aspek lapangan kerja antropologi, yakni menambah pandangan yang tajam pada partisipan observasi pada studi agama. Hal ini berlanjut pada abad 21 dan studi agama mengalami perkembangan diantaranya spesialisasi: sejarah, psikologi, antropologi dan arkeologi.

Para sarjana penomenologi juga telah menuntut untuk melakukan pendekatan-pendekatan yang empati terhadap pemahaman keagamaan. Salah satu kecenderungan yang penting di abad ke 19 adalah perbedaan yang dibuat oleh sejarawan Wilhelm Dithey (1833-1911) yakni kecenderungan antara ilmu-ilmu natural dan studi-studi kultural. Kultural atau kemanusiaan memiliki semua pekerjaan dan kreasi dibidang kemanusiaan dalam bentuk artistik, intelektual, sosial ekonomi, agaa, politik (ilmu pengetahuan) sebagai obyek. Bagi studi-studi kemanusiaan sebagai studi penomenologi, pemahaman budaya membutuhkan pengetahuan yang luas, meliputi psikologi, sejarah, ekonomi, filologi, dll, pendek kata semua disiplin-disiplin ilmu yang mempelajari kemanusiaan, aktifitas intelektual dan sosial.

Pendidikan agama


Para sarjana merasa bangga dengan apa yang di konsep oleh orang-orang Eropa pada abad ke 19, bahkan sebagian telah diterapkan. Mereka mengutamakan aturan yang sifatnya menyeluruh dari pada sementara untuk diterapkan. Hal ini karena tidak memiliki kebebasan dan hak perorangan bagi mereka yang menjalin hubungan dengan sarjana muslim. Orang-orang islam taat menjaga kedisiplinan aturan-aturan dengan menekan semakin minim hal-hal yang kurang bermanfaat selama ini dan memperbaiki dengan petunjuk yang telah disepakati. Penghargaan terhadap aturan yang mendasar dan sederhana dapat menghindarkan kesalahpahaman terhadap bahasa dan pengetahuan orang-orang muslim sekaligus memperluas hubungan dengan pihak lain.

Problem yang sering timbul dari studi islam adalah diskursus yang menentang paham oriantalis, yakni ahli yang berpegang pada pendekatan sejarah dan ahli yang berpegang pada pendekatan dogma keimanan, disini sering terjadi pertentangan. Esensi masalah yang sering muncul dan sangat penting dalam hal akademik adalah pertanyaan tentang keadaan studi yang harus di pertimbangkan kejelasan disiplin-nya atau studi islam harus di korelasikan dengan disiplin berbagai ilmu. Pada masalah selanjutnya para sarjana secara individu (sarjana Inggris, Mesir, Iran, atau Jepang) tanpa pandangan yang absolut akan memberikan alasan validitas pilihan mereka dari data yang dikumpulkan dari hasil kerja para oriantalis.

Sebuah tanda yang penuh harapan, bahwa para ahli sejarah, ilmu-ilmu sosial dan sejarawan agama sedang memanfaatkan penggunaan metode. Sedang semiotic, paham stukturalis, fungsionalis dan penomenologi lebih menghasilkan teori-teori kebudayaan, sasaran dari berbagai disiplin ilmu memfokuskan pada sasaran masalah dan kreatif yang beradaptasi dan penerapan dari berbagai metode untuk menyeleksi data lapangan keagamaan. Metode-metode penelitian adalah subyek yang berkelanjutan untuk penyesuaian dan penyaringan sebagai sarjana yang memakai penerapan dari data lapangan ini, hasrat untuk mempelajari data lapangan adalah kemungkinan yang diinspirasikan dengan sesuatu tujuan tertentu.

Islam dalam disiplin mempelajari agama.


Dari uraian artikel Jacob Nausner, yang mengangkat tiga pertanyaan tentang disiplin pendidikan agama di tingkat sarjana, yaitu :
  • Memiliki disiplin yang dalam menghasilkan kurikulum yang berdasarkan konsensus lembaga pendidikan untuk mencapai disiplin yang sempurna. (manfaat disiplin dalam dunia pendidikan).
  • Apakah kesarjanaan dalam sebuah disiplin mengikuti suatu program penelitian, agar mencapai kemajuan yang jelas dalam menghadapi persoalan jangka panjang.
  • Adakah kreteria yang dihasilkan dalam mengakui hak/perbuatan yang semestinya diterapkan dalam disiplin.

Dari ketiga pertanyaan diatas, maka Nausner memberikan solusi dengan melalui penelitian yang dilakukan pada Departemen Penelitian Agama. Dengan penekanan pada analisa teks agama, yaitu meskipun penelitian melalui filologi yakni memahami kata dari sebuah teks dan melalui sejarah dan dapat diketahui secara tepat apa yang terjadi peristiwa-peristiwa pada suatu waktu, dimana teks memberikan kesaksian. Sebuah teks agama tidak hanya menyajikan tujuan-tujuan dari filologi atau sejarah, ia juga menawarkan tempat yang tepat sebagai sebuah statemen agama.

No comments:

Post a Comment

NO SARA NO SPAM. THANX