Menulis Membutuhkan Kreatifitas dan Latihan
Menulis, dalam pengertian yang sesungguhnya (karya ilmiah) adalah pekerjaan yang sering disebut gampang-gampang susah, artinya gampang dilakukan jika ada hasrat dan kemauan, dan susah jika tidak ada kemauan. Biasanya sulit untuk memulai tetapi mudah jika sudah terbiasa. Bahkan kalau orang sudah terbiasa menulis, terasa resah kalau ia tidak menulis.
Sebagaimana pekerjaan profesional lainnya, maka menulis perlu latihan dan keberanian untuk salah dan gagal (trial and error). Tanpa kemauan dan berani untuk gagal (sementara) maka jangan harap untuk berhasil. Tentu di samping modal kemauan, perlu juga modal lain, yaitu membaca, membaca literatur. Ini tidak boleh tidak, sebab semakin kita banyak membaca, semakin kaya ide. Dan menulis memerlukan ide dan kreativitas.
Perbedaan Menulis Karya Ilmiah Populer Dan Menulis Karya Ilmiah Formal
Karya tulis ilmiah populer
Karya tulis biasanya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: karya tulis ilmiah populer dan karya tulis ilmiah formal. Karya tulis ilmiah populer dimaksudkan adalah karya tulis yang dipersiapkan untuk publikasi dalam suatu penerbitan di surat kabar atau majalah populer. Biasanya karya tulis yang demikian mengambil tema-tema aktual, yang sedang hangat diisukan (issu-issu kontemporer), bukan issu yang sudah kadaluarsa. Oleh karena itu teknik penulisan dan bahasa yang digunakan bersifat populer, renyah dan enak dibaca, dan lebih sederhana sifatnya. Misalnya dalam surat kabar tidak digunakan teknik catatan kaki dan daftar pustaka, demikian pula dalam majalah-majalah populer pada umumnya.
Karya tulis ilmiah formal
Sedang karya tulis ilmiah formal dimaksudkan adalah karya tulis yang dipersiapkan untuk kepentingan-kepentingan formal, misalnya untuk usulan penelitian (proposal) seminar, munaqasyah, jurnal dan seterusnya. Pada umumnya karya tulis yang demikian terikat oleh kaidah-kaidah atau metode penulisan dan bahasa yang ketat, dan harus mencantumkan sumber penulisan (catatan kaki dan daftar pustaka). Tema-tema yang diangkat lebih bersifat khusus dan mendalam. Termasuk karya tulis semacam ini adalah disertasi (untuk S3), tesis (untuk S2), skripsi (untuk S1) dan paper atau makalah untuk kepentingan formal.
Dalam karya tulis ilmiah setidaknya ada dua jenis penulisan, yaitu jenis penulisan yang bersifat deskriptif-informatif dan penulisan yang bersifat analitis-kritis. Deskriptif-informatif artinya tulisan tersebut hanya menggambarkan dan menuturkan informasi kepada orang lain, dan analitis kritis dimaksudkan, tulisan tersebut di samping menuturkan informasi, juga memberikan analisis secara kritis dan mendalam. Oleh sebab itu jenis tulisan ini juga bisa disebut deskriptif-analitis-kritis. Tulisan yang baik tentu yang memiliki sifat seperti ini. Sebagaimana ciri berpikir keilmuan atau berpikir ilmiah ditandai oleh beberapa hal, yaitu: rasional-logis, objektif, universal, sistematis-koheren (metodologis), atau bercirikan logico hipotetico-verifikatif.
Langkah-langkah Menulis Karya Ilmiah
Bagaimana memulai menulis? Sebelum memulai menulis setidaknya ada dua langkah yang mesti diperhatikan: pertama, mencari tema dan topik; kedua, merumuskan masalah; ketiga, memecahkan masalah. Kadang-kadang kalau dipikir, ilmuwan itu pekerjaannya “mencari masalah”. Mencari-cari masalah untuk dipecahkan sendiri jalan keluarnya. Inilah sikap kreatif ilmuwan.
Mencari masalah itu berbagai macam cara dan perolehannya. Masalah bisa ditemukan lewat perenungan, pengamatan, diskusi, membaca, ngobrol dengan teman, dan seterusnya. Misalnya, ketika kita sedang mengamati fenomena sosial di sekeliling kita, mungkin kita bisa menemukan masalah kesenjangan sosial (antara si kaya dan si miskin), yang kemudian menimbulkan kecemburuan, sikap berontak sebagian masyarakat tertentu lantas menimbulkan kriminalitas, kenakalan remaja dan seterusnya.
Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Kenapa demikian? Bagaimana dengan pendidikan kita? Di sini pendidikan menjadi sorotan. Masalah-masalah tersebut sifatnya masih umum, maka kita perlu memperkecil ruang lingkupnya dan kita rumuskan sedemikian rupa, jelas dan mengarah. Sehingga perumusan masalah itu akan mudah dipecahkan. Perumusan masalah itu dibuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Misalnya, perumusan tentang Kenakalan Remaja di SMU X. Tentang kenakalan remaja tersebut dibuat dengan pertanyaan sebagai berikut: Kenapa terjadi kenakalan remaja?Apa faktor-faktor kenakalan remaja?Apa bentuk dan jenis kenakalan yang dilakukan?Apa usaha-usaha yang dilakukan SMU X dalam menanggulangi kenakalan remaja tersebut?
Tetapi ini berbeda dengan menulis karya ilmiah yang bersifat essai atau artikel yang disajikan dalam surat kabar atau majalah populer. Tulisan dalam surat kabar atau majalah populer tersebut masih bersifat umum dan simpel, tetapi cukup kritis dan analitis. Misalnya tulisan-tulisan kolom, refleksi, opini, tajuk, editorial, dan seterusnya. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba. (Penulis : M. Zainudin)
No comments:
Post a Comment
NO SARA NO SPAM. THANX