Bagaimanakah Pemikiran Budaya Ir. Sukarno?



Manusia adalah makluk sosial karena hidup bersama dalam berbagai kelompok yang terorganisasir dan kita sebut masyarakat. Didalam realiats hidupnya mereka hidup bersama-sama dalam kelompok sosial yang komplek, masing-masing anggotanya sangat saling tergantung satu sama lainnya dalam mempertahankan hidup. Dalam realitas kehidupan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan ada empat pola perilaku yang diikuti para individu sebagai anggota masyarakat dari berbagai kepercayaan, nilai dan aturan yang diciptakan masyarakat sebagai alat untuk mendefinisikan hubungan mereka satu dengan lainnya dan dengan lingkungannnya.

Pemikiran Budaya Soekarno


Kebudayaan berdasarkan diri kepada sejumlah simbol-simbol sangat esensial bagi kebudayaan karena ia merupakan mekanisme yang diperlukan untuk menyimpan dan mentransmisikan sejumlah besar informasi yang membentuk kebudayaan.Kebudayaan itu dipelajari dan tidak tergantung kepada pewarisan biologis dan transmisinya.

Kebudayaan adalah sistem yang dipikul bersama oleh para anggota suatu masyarakat yakni ia merupakan representatif dari para anggota masyarakat yang dipandang lebih kolektif daripada individu. Kebudayaan cenderung terintegrasi berbagai komponen kebudayaan cenderung menyatu sedemikian rupa sehingga konsisten satu dengan lainnya,disamping konflik fiksi dan kontraksi yang juga ada.

Kebudayaan telah menciptakan manusia sebuah alat adaptasi baru terhadap kondisi kehidupannya. Dalam historis kebudayaan manusia pada tingkat phylogenetik yang lebih rendah, masyarakat itu sendiri merupakan mekanisme adaptif yang berkembang proses evolusi biologis yang panjang. Ketika masyarakat berkembang ke tingkat kompleksitasnya yang lebih tinggi dan ketika berbagai kondisi dikembangkan untuk lahirnya sistem simbol dari sistem penyebutan, kebudayaan itu sendiri muncul sebagai sebuah hasil evolusioner.

Pada tingkatan proses phylogenetik dalam evolusi biologis manusia cenderung membedakan level pria atau wanita, dalam satu scope realiatas masyarakat dalam pola perilaku dan melakukan terhadap manusia (pria dan Wanita). Dalama hal ini Ir. Soekarno melihat budaya yang hidup ditengah masyarakat belum memberikan posisi pada sosok manusia yang bernama wanita sebagai makluk yang sama dengan laki-laki dalam menentukan kehidupan bermasyarakat. Dalam buku Sarinah Ir. Soekarno sangat menyesalkan penindasan kebudayaan yang dilakukan oleh kultur yang dikomandani oleh laki-laki terhadap makluk yang bernama perempuan. Perempuan adalah perwujudan kebudayaan yang menganut sistem kemasyarakatan yang mengandung exploitation de l home par l’ home. Padahal kalau kita kembali kepada makna kemanusiaan adalah diatas soal laki-laki dan perempuan. Apabila hal ini belum disadari oleh laki-laki maka kemanusiaan terus pincang, dimana saf yang satu menindas saf yang lain. Sebuah syair orang Inggris mengibaratkan: Laki-laki kerja dari matahari terbit sampai terbenam, perempuan kerja tiada hentinya dari siang sampai malam.

Inilah realitas perempuan yang selalu ditindas oleh laki-laki, dimana suatu sisi dia bekerja sebagai produsen masyarakat, mencari nafkah, tetapi ia tetap seorang wanita, seorang isteri, tetap seorang ibu. Kewajiban terhadap suami dan anak di dalam rumah tangga tak mungkin bisa dilupakan, akan tetapi pada sisi lain kemerdekaan yang ingin dicapai perempuan sebenarnya bukanlah terlepas dari yang tertera diatas. Kemerdekaan perempuan terletak pada keseimbangan peranan dalam lingkup masyarakat bukan lingkup rumah tangga. Pergerakan feminisme yang muncul di Eropa yaitu menuntut persamaan hak antara perempuan dan lak-laki itupun belum membuat kesempurnaan bagi perempuan itu sendiri. Sebab maksud baik dari feminisme telah melampaui batas dan menimbulkan ekses yang terlempar pada kodrat perempuan itu sendiri. Dimana dengan mencari persamaan dalam segala hal dengan kaum laki-laki persamaan tingkah laku, cara hidup, bentuk perkara dan lain-lain. Ekses inilah yang mengakibatkan kerusakan.

Ir. Soekarno berpendapat: perempuan modern boleh, feminisme boleh, akan tetapi kodrat sebagai perempuan yang mempunyai kecintaan terhadap suami dan anak jangan sampai hilang sebab itulah jiwa perempuan.Henietse Rolland Host menggambarkan jiwa wanita sebagai berikut: Didalam jiwa tiap-tiap perempuan yang sedalam-dalamnya bersemayam keinginan kepada cinta dan keibuan.

Memang perempuan adalah sebuah makluk yang multidimensional yang memegang peranan dalam stabilitas rumah tangga dan stabilitas negara. Nabi Muhammad bersabda : Wanita adalah tiang negara. Manakala baik perempuan, baiklah negara. Manakala rusak perempuan rusaklah negara ; al hadits.

Dalam fenomena selanjutnya kebudayaan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan secara evolusi manusia mengadaptasikan akal itu pada budaya. Dengan kemampuan manusia berfikir secara metaforik dan usaha mengadaptasikan dengan lingkungannya/alam, manusia mampu mengembangkan kebudayaannya. Dengan dasar nurani yang jernih manusia mampu mencerna dan mengaktualisasikan diri pada perilaku yang mereka alami. Dalam hal ini A. Alland Jr (1975) mengemukakan pendapatnya:
“Bahwa kebudayaan manusia itu merupakan hasil dua proses yang saling mengisi. Proses pertama adalah apa yang berkemabang sebagai akibat hubungan dengan lingkungannya sehingga terciptalah kebudayaan. Kedua adalah menyangkut kemampuan berfikir manusia itu sendiri secara metaforik . Dengan kemampuan mansuia dapat memperluas/ mempersempit jangkauan arti lambang-lambang dan fenomena yang mereka kembangkan dalam sistem sedemikian rupa sehingga lepas dari pengertian aslinya”.”
Hasil kebudayaan merupakan sebuah bentuk aplikasi dari masyarakat yang muncul dari pergolakan pemikiran masing-masing manusia. Yang memungkinkan sebuah tatanan baru menuju kedamaian, ketentraman, kebahagiaan, keadilan terhadap masyaakat tersebut. Dalam hal ini Ir. Soekarno memberikan sebuah pemikiran tentang kebudayaan yang berawal dari hati nurani manusia. Dalam aplikasinya kebudayaan adalah pengejawentahan ekspresi/tuntutan budi nurani kemanusiaan yang mana setiap fenomena yang berada dalam masyarakat, yang bertentangan dengan hati nurani akan berbuat dalam sebuah pengejawentahan yang namanya budaya yang pada dasarnya manusia tak mau diamandir dan tak mau di modulir dan terlepas dari eksploitation de ‘l home par ‘l home.


Pada tingkatan ini manusia dengan kemampuan berfikirnya mengaktualisasikan pada perilaku kehidupan di masyarakat. Sifat dasar manusia yang ingin merdeka secara lahir dan bathin adalah power yang tiada habisnya untuk melepaskan himpitan hidup yang menimpa diri manusia tersebut. Pada prinsip yang ingin lepas dari himpitan dan tekanan inilah Ir. Soekarno dalam penyadaran terhadap masyarakat supaya masyarakat sadar mau bergerak, membangkitkan semangat untuk keluar lepas merdeka dari imperialisme dan kapitalisme.
“Pergerakan memang pasti lahir, pasti hidup walaupun obat tidur yang bagaimana juga manjurnya walaupun terang-terang dirintangi oleh musuh dengan rintangan yang bagaimanapun juga selama nasib kita masih nasib yang sengsara. Memang pergerakan lahir karena pada hakekatnya dilahirkan oleh tenaga-tenaga pergaulan hidup sendiri. Dengan tenaga kita sendiri dengan mempunyai bentukan pergerakan yang seksama, konstruksi pergerakan yang harus cocok dan sesuai dengan hukum-hukumnya masyarakat dan terus menuju kearah idealnya masyarakat, yakni masyarakat yang selamat dan sempurna.”
Dengan adanya sebuah pergerakan yang insyaf, maka mempercepat jalannya natur yang membentuk budaya. Dalam melaksanakan pergerakan di atas Ir. Soekarno memakai tiga landasan gerak yaitu: Non kooperatif, marchvorming, dan massa aksi.

Apa Solusi Yang Ditawarkan Oleh Ir. Sukarno?


Dalam strategi budayanya beliau membuat penyadaran melalui ajaran marhaen, yang dikemudian hari menjadi azas marhaenisme. Marhaenisme adalah teori perjuangan yang subjeknya adalah masyarakat dari semua golongan yang tertindas oleh sistem. Lebih jelasnya sebagai berikut: marhaen adalah kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain.
  • Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang didalam segala halnya menyelamatkan marhaen. Jadi dus marhaenisme cara perjuangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu yang oleh karenanya harus suatu cara perjuangan yang revolusioner, cara perjuangan dan azas yang menghendaki hilangnya tiap-tiap kapitalisme dan imperialisme.
  • Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia yang menjalankan marhaenisme.

Pada dasarnya pergerakan masyarakat yang diinginkan Ir. Soekarno adalah masyarakat yang bergerak dengan keinsyafan yang berdasar dari hati nurani yang bergerak reaksi dari anasir yang tertindas merombak dan membentuk sistem dan mengarah kepada perkembangan masyarakat manusia yang sesuai dengan tujuan revolusi 1945 yaitu masyarakat sosialisme Indonesia, ya masyarakat marhaenistis, ya masyarakat Pancasilais yang adil dalam arti tanpa explitation de ‘l hemo par ‘l home dan makmur yang berarti memenuhi untutan budi nurani kemanusiaan. Idiologi sebuah fondamen dalam pergerakan rakyat menuju kebudayaan yang berdasar pada budi hati nurani.

Sebuah pergerakan yang ingin tercapai secara maksimal harus didasari oleh landasan idiologi yang revolusioner, yang tepat, memihak rakyat dan idiologi kuat berdasarkan hati nurani. Menurut Ir.Soekarno dasar pergerakan kita adalah Nasionalisme. Nasionalisme adalah perikemanusiaan, yaitu sosio nasionalisme. Dan demokrasi yaitu sosio demokrasi. Sedangkan demokrasi yang cocok di Indonesia adalah demokrasi Indonesia.

Sumber: Skripsi; Pemikiran Pendidikan Islam Sukarno oleh Sodiq Purnomo; STAIN Malang

1 comment:

NO SARA NO SPAM. THANX