Ir. Sukarno : Politik Indonesia Melawan Kapitalisme dan Imperialisme

Pemikiran Politik Ir. Soekarno


Ir. Sukarno : Politik Indonesia Melawan Kapitalisme dan Imperialisme - Politik sebagai wahana pendewasaan bangsa menuju wacana demokrasi dan membentuk kesadaran masyarakat pada arti pentingnya untuk bergerak. Bergerak dari kesengsaraan berkeinginan menuju hidup yang layak dan sempurna, bergerak menuju mempertaruhkan nasib dalam bagian-bagian dan cabang-cabangnya.

Tujuan tersebut akan tercapai apabila kapitalisme, imperialisme hilang seratus persen dari tengah-tengah masyarakat kita. Sebab stelsel inilah yang menjadi kemodernan tumbuh diatas tubuh kita. Hidup dan syukur dalam tenaga, rejeki dan zat-zat masyarakat kita oleh karena landasan untuk merubah seluruh anasir-anasir kapitalisme dan imperialisme harus dimulai dari pergerakan yang merubah sama sekali sifat masyarakat. Mulai dari cabang-cabangnya sampai pada akar-akarnya. Dimana tujuan pergerakan ini hakekatnya menuju pada suatu “Ommeker”, susunan sosial.

Langkah-langkah yang harus diambil untuk melaksanakannya


Dalam sebuah pergerakan masyarakat pertama-tama yang harus dilakukan adalah pergerakan yang kemauannya dan tenaganya dari rakyat. "Immanente krachten" masyarakat sendiri, yang tampak suatu pergerakan rakyat jelata yang radikal yaitu masa aksi. Masa aksi merupakan penghantar pada saat masyarakat tua melangkah kedalam masyarakat baru. Masa aksi merupakan masa pergerakan masa yang radikal yang seratus persen insyaf dan bewust akan keadaan ingin berubah menuju kebaikan nasib yang memberangus kapitalisme dan imperialisme.

Langkah kedua adalah non kooperatif. Landasan pergerakkan ini merupakan sebuah titik kulminasi dari sebuah perlawanan dengan kaum kapitalisme dan imperialisme. Dus perlawanan yang damai sampai kepada saat keunggulan dan kemenangan. Pergerakan ini bisa tercapai apabila kita bermula dari kebiasaan sendiri, tenaga sendiri, usaha sendiri, kepandaian sendiri, keringat sendiri, pekerjaan sendiri, keberanian sendiri. Inilah yang biasa disebut politik percaya pada kekuatan sendiri, self helf dan non cooperation.


Ir. Soekarno menyebutkan non kooperatif adalah suatu azas perjuangan kita untuk mencapai Indonesia merdeka. Didalam perjuangan mengejar Indonesia merdeka itu kita harus senantiasa ingat, bahwa pertentangan kaum sana dan sini. Antara kaum yang mengejar dan penjajah antara overherser dan overherste, antara kaum buruh dan pemilik modal. Memang pertentangan kebutuhan inilah yang menyebabkan kita punya non kooperasi. Memang pertentangan kebutuhan inilah yang memberi keyakinan pada kita bahwa Indonesia merdeka tidaklah tercapai, jikalau kita tidak menjalankan politik dan kooperasi. Memang pertentangan kebutuhan inilah yang buat sebagian besar menetapkan kita punya azas-azas perjuangan yang lain-lain. Misalnya machtvorming, massa aksi dan lain-lain.

Oleh karena itu non kooperasi adalah suatu aktif beginsel, tidak mau belajar bersama-sama diatas segala lapangan politik pertuanan melainkan mengadakan suatu perjuangan yang tak kenal damai dan meliputi semua perjuangan politik. Adapun isi dari non kooperasi adalah radikalisme, radikalisme hati, radikalisme sepak terjang, radikalisme didalam semua dan diri dengan mewajibkan kegiatan dan aktivitas.

Langkah ketiga adalah machthvorming. Machthvorming adalah pembikinan tenaga. Machthvorming adalah jalan satu-satunya untuk memaksa kaum kapitalisme, imperialisme tunduk kepada kita. Machthvorming adalah pembikinan masa oleh karena soal kolonial adalah soal kuasa. Oleh karena itu seluruh rakyat dunia mewujudkan bahwa perolehan-perolehan besar hanyalah diadakan oleh kaum yang menang, kalau pertimbangan akan untung rugi atas menyuruhnya suatu kuasa menuntutnya.

Karl Mark berkata: Tak pernah suatu kelas suka melepaskan hal-halnya dengan ridlonya kemauan sendiri. Ir. Sukarno berpesan: Selama rakyat Indonesia belum mengadakan suatu macht yang kuasa selama rakyat masih saja bercerai berai dengan tidak ada kerukunan satu sama lain, selama rakyat itu belum bisa mendorongkan semua kemauannya dengan suatu kekerasan yang teratur dan tersusun. Selama itu maka kaum imperialisme yang mencari untung sendiri itu akan tetaplah memandang kepadanya sebagai seekor kambing yang dan akan terus mengabaikan segala tuntutan-tuntutannya. Sebab tiap-tiap tuntutan rakyat Indonesia merugikan kepada imperialisme, tiap-tiap tuntutan rakyat Indonesia tidaklah akan dituntutnya, kalau kaum imperialisme tidak terpaksa mematuhinya. Tiap-tiap kemenangan rakyat koloni adalah buahnya desakan yang rakyat itu jalankan, tiap-tiap kemenangan rakyat Indonesia itu adalah suatu of gandwonger coucessie. Coucessier: kalau musuh karena desakan kita, lantas menuruti sebagian atau semua tuntutan-tuntutan kita, maka si musuh itu adalah menjalankan coucessier.

Implementasi perjuangan politik Ir. Sukarno


Dalam ketiga langkah tersebut Ir. Soekarno mengimplementasikan pergerakannya melalui partai politik yaitu PNI. PNI berkeyakinan bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan kembali semua susunan pergerakan hidup Indonesia itu, ialah kemerdekaan nasional. Oleh karena itu, maka semua bangsa Indonesia terutama haruslah ditujukan kearah kemerdekaan nasional itu. Sebab dengan kemerdekaan itulah rakyat akan bisa memperbaiki rumah tangganya dengan tidak terganggu yakni dengan sesempurnanya.

Sikap kemerdekaan ini hanya bisa dilakukan oleh sifat yang progresif revolusioner bukan opportunisme reformis. Karl Mark dalam doktrinnya: Kaum proletar hanya bisa mematahkan perlawanan kaum modal terhadap usaha membikin alat-alat perusahaan partikulir menjadi milik umum dengan mengambil kekuasaan politik, untuk maksud ini kaum buruh seluruh dunia yang telah menjadi insyaf akan kewajibannya dalam perjuangan kelas, dan menyusun diri. - Ir. Sukarno : Politik Indonesia Melawan Kapitalisme dan Imperialisme.

Sumber: Skripsi, Pemikiran Pendidikan Islam Sukarno, Sodiq Purnomo, STAIN Malang

No comments:

Post a Comment

NO SARA NO SPAM. THANX